BLANTERORIONv101

#7 GARIS PERJANJIAN ALLAH IBRAHIM

14 Mei 2022

Termasuk infromasi yang diperlukan juga hemat saya tentang kenyataan garis peradaban di masa kenabian yang berjalan berdasarkan garis perjanjian Allah dengan Nabi Ibrahim ini. Informasi ini dibutuhkan agar kita memahami kenapa para Nabi Allah banyak hadir dari keturanan Israil atau Yakub garis keturunannya Nabi Ishaq dan kenapa Nabi Muhammad nabi pertama dan terakhir dari garis keturunan Nabi Ismail baru datang di penghujung zaman kenabian. Serta yang tidak kalah pentingnya juga adalah memahami kenapa harus ada pemindahan kiblat di masa Nabi Muhammad dari Baitul Maqdis ke Baitullah. Dan untuk memahami ini mari kita awali dengan melihat ayat berikut:

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zhalim.” (QS. Al-Baqarah [2]:124)

Memang jika kita bicara perkara kemusliman; perkara ketunduk-patuhan kepada Tuhan semesta alam, Nabi Ibrahim ini bukan saja teladan bagi umat manusia tapi bahkan adalah tauladan bagi para Nabi Allah. Pencapaiannya yang mengagumkan tentang perserahan diri ini membuat Allah mengikat sebuah janji akan menjadikannya imam bagi seluruh manusia. Dan janji itu bahkan mengenai pula keturunan-keturanannya, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka.
Nabi Ibrahim sendiri kita ketahui mempunyai empat garis keturunan dari empat orang istri yang dimilikinya. Sarah, Hajar, Qanturah dan Hajun. Namun begitu, meski garis keturunan ketiga dan keempat ini tentu juga terkoneksi dengan janji Allah kepada Ibrahim, pada kajian ini akan lebih berfokus kepada garis keturunannya Ishaq putera Sarah dan Ismail putera Hajar yang dikisahkan Qur’an kepada kita. Adapun tentang garis keturunan ketiga, Qanturah atau Keturah yang menurut para ulama dan sejarawan adalah Bangsa Melayu atau Bani Jawi yang mendiami Nusantara ini, tidak menjadi bahasan kita pada kesempatan ini.

Dari garis keturanan Nabi Ishaq dan Nabi Ismail inilah estafeta bangunan peradaban umat manusia ini berlanjut. Hanya saja kedudukan Nabi Ishaq yang berada dalam garis pertama keturanan Nabi Ibrahim membuatnya menjadi peng-awal kelanjutan estafeta peradaban umat manusia itu. Dari keturunannya itulah 15 orang nabi; Yakub, Yusuf sampai dengan Isa putera Maryam, dilahirkan untuk melanjutkan estafeta agama Ibrahim. Akan tetapi meski garis keturuan Nabi Ismail berada dalam garis kedua, dimana janji Allah akan terselenggara padanya ketika garis pertama telah selesai tergenapi janji Allah padanya, namun kita tahu sedari awal Nabi Ibrahim telah menyiapkan dasar-dasar bagi lahirnya syariat puncak kenabian pada garis keturunan Nabi Ismail ini.

Ditempatkannya Siti Hajar bersama Ismail di Mekah; tanah tandus yang bahkan buah-buahan sulit tumbuh padanya adalah bagian dari skenario mempersiapkan peradaban puncak kenabian yang dari padanya syariat tatanan manusia akan diwariskan. Ka’bah yang sejak awal peradaban umat manusia di atas bumi telah Allah letakan untuk menjadi satu model tatanan yang padanya terkandung jaminan keamanan serta menjadi petunjuk bagi semesta alam itu, pun dipersiapkan Nabi Ibrahim untuk menyambut masa dimana peradaban akan bersentral padanya.

Dan, ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Baqarah [2]:127-129)

Di masa Nabi Ibrahim itulah Ka’bah yang hanya tinggal podasi saja; dimana konon pernah roboh akibat bancir besar di zaman Nabi Nuh, kembali dibangun oleh Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail. Dan bukan hanya itu, cara-cara melaksanakan ibadah haji pun diformulasikan di masa Nabi Ibrahim ini berdasarkan apa-apa yang Allah tunjukan kepadanya. Baitullah yang keberadaannya menjadi simbolik dari pada tatanan sosial yang terkandung jaminan keamanan padanya, dan haji yang berisi metodologi perjalanan kolosal untuk mewujudkan tatanan yang aman itu, adalah warisan sangat mahal yang diwarisi para nabi Allah kepada kita hari ini. Secara rincinya tentang Baitullah dan Haji ini akan kita bahas pada kesempatan yang lain.

Jadi setelah sekitar 3000 tahun lamanya waktu berlalu selepas Nabi Ibrahim, barulah kemudian lahir seorang Nabi dari garis keturunan Nabi Ismail. Nabi Muhammad yang lahir dan memulai peradabannya di Mekah inilah yang kemudian akan menggenapi syariat peradaban Baitullah itu. Terjadinya pemindahan kiblat di zaman Nabi Muhammad yang semula adalah Baitul Maqdis di Yerusalem sana menjadi Baitullah yang ada di Mekah itu sebenarnya bukan sekedar pemindahan pusat peribadatan semata tapi juga merupakan perubahan konsepsi peradaban itu sendiri.

Pemindahan kiblat ini menjadi satu tanda penting dimana peradaban umat manusia bergerak naik kepada tingkatan peradaban yang lebih tinggi dari sebelumnya. Yerusalem dengan Baitul Maqdis-nya itu menjadi kiblat peribadatan dan sentral peradaban bermula dari tergenapinya janji Allah kepada Musa untuk membawa Bani Israil ke tanah perjanjian. Dan di zaman Nabi Daud-lah janji itu tergenapi ketika Nabi Daud berhasil menaklukan Yerusalem dan kemudian mendirikan kerajaannya di sana. Di zaman Nabi Sulaiman kemudian dibangunlah Baitu Suci atau dikenal juga dengan sebutan Haikal Sulaiman.

Pada kajian kali ini memang kita masih belum akan membahas secara rinci tentang Kerajaan Daud dan alasan-alasan yang mendasari kenapa era kerajaan dalam garis kenabian ini pada akhirnya harus ditinggalkan. Bagian utama dari dari kajian kali ini adalah lebih kepada memahami keberadaan garis perjanjian Allah dengan Nabi Ibrahim yang membungkus jalannya peradaban umat manusia. Demikian pula halnya dengan pemindahan kiblat yang menjadi tanda bergesernya era kerajaan ke era kerakyatan barulah sekedar dimaksudkan untuk menjadi informasi awal saja pada kajian ini.

Komentar