BLANTERORIONv101

#5 MISI PARA NABI ALLAH

7 Mei 2022

Jika sebelumnya kita telah membahas tentang Visi Allah yang mengisyaratkan terwujudnya satu peradaban damai tanpa pertumpahan darah di dalamnya itu, kini kita akan membahas tentang Misi Para Nabi Allah yang kehadiran mereka adalah untuk menggenapi Visi Allah tersebut. Untuk memahami hal ini mari kita lihat ayat berikut:

Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya). (QS. Asy-yura [42]:13)

Penting buat kita untuk memahami bahwa para nabi Allah ini meski satu dengan yang lainya terpisah dalam rentang waktu yang jauh, tapi sesungguhnya mereka semua berada dalam satu garis misi yang satu dan sama. Para nabi Allah itu terikat dalam satu estafeta untuk mewujudkan Visi Allah itu. Mewujudkan sebuah peradaban damai tanpa pertumpahan darah di dalamnya. Mereka terikat dalam satu syariat sebagaimana Allah wahyukan itu kepada Nabi Muhammad, Allah syariatkan dan wasiatkan kepada Nabi Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu menegakkan din yang tidak ada perpecah belahan di dalamnya itu.

Jadi jika kita bicara agama atau din, maka sebaik-baiknya din itu; sebaik-baiknya sistem hidup itu, adalah yang di dalamnya kita tidak mendapati ruang bagi perpecah-belahan. Artinya, konsepsi sistem hidup yang sebenar-benarnya adalah yang padanya ditegakkan syariat persatuan yang memungkin segala rupa perbedaan yang ada pada manusia itu; suku, bangsa, ras, golongan dan bahkan keyakinan dapat diharmonisasi dalam satu ikatan yang membawa pada terpenuhinya keadilan bagi setiap orang tanpa terkecuali.

Tugas untuk menyatukan umat manusia dimana perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang melekat padanya tentu adalah sebuah perkara besar yang tidak mudah. Rentan waktu yang begitu panjang; sekurang-kurangnya 70 abad lamanya masa kenabian sejak Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad itu, bahkan sebenarnya dapat kita katakan barulah masa mempersiapkan umat manusia menuju kepada puncak peradaban damai tanpa pertumpahan darah di dalamnya itu. Namun begitu, para Nabi Allah telah menyelesaikan tugasnya dengan baik dan merwariskan kepada kita begitu banyak hikmah kebijaksanaan yang memungkin kita untuk menata peradaban kita menuju puncak keluhurannya.

Nabi Muhammad yang berada di puncak estafeta kenabian telah berhasil meninggalkan satu model tentang bagaimana syariat persatuan diimplementasikan dalam dunia manusia yang penuh perbedaan padanya. Piagam Madinah yang Nabi Muhammad pakai sebagai dasar tata kelola Negara Madinah merupakan warisan yang sangat mahal bagi umat manusia. Jadi meski masa berlaku Piagam Madinah hanya sekitar 9 tahun lamanya, namun darinya kita memiliki satu rujukan yang luhur tentang bagaimana persatuan umat manusia itu diselenggarakan. Dan tentang Piagam Madinah ini insha Allah akan kita bahas pada kesempatan yang lain.

Penting untuk kita pahami dengan tegas bahwa tidak ada perkara yang lebih penting bagi umat manusia selain dari perkara persatuan ini. Tidak ada sistem hidup yang lebih luhur bagi manusia dari sistem hidup yang mempersaudarakan manusia dengan segala perbedaan yang melekat padanya. Dan bahkan sebenarnya inilah bentuk paling nyata dari apa yang kita sebut ketauhidan itu. Bentuk paling nyata dari mengesakan Allah itu. Dan harus tegas pula kita pahami bahwa perpecah-belahan itulah senyata-nyatanya kemusyrikan itu. Perhatikanlah apa yang diterangkan ayat berikut ini:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Ad-Din); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang tepat (dinul qayyim), tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.(QS. Ar Rum [30]:30-32)

Tegas Allah nyatakan pada ayat di atas bahwa perpecah belahan adalah kemusyirakan. Artinya, seberapapun kita mengaku bahwa Allah adalah Tuhan kita, hal itu hanya akan menjadi sebuah kedustaan belaka ketika kita hidup dalam lingkaran pola perpecah-belahan. Hidup bergolong-golongan dan saling bangga membanggakan golonganya masing-masing. Karena sebenarnya perpecah belahan itu adalah satu pengingkaran atas fitrah Allah. Atas fitrah penciptaan manusia itu sendiri.

Maka jika kita mengaku beriman kepada Allah. Jika kita mengaku bahwa Allah adalah Tuhannya seluruh manusia, tinggalkanlah prilaku berpecah belah itu. Tinggalkanlah budaya saling bangga membanggakan golongan masing-masing. Berhentilah dari merasa diri dan golongan kitalah yang paling benar. Hormatilah orang lain dengan segala perbedaan yang ada padanya. Dan ambilah jalan yang menjamin terpenuhinya keadilan bagi setiap orang siapapun dia dan apapun golongannya.

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Maidah [5]:8)


Komentar