BLANTERORIONv101

#12 ISA MENASAKHKAN TRADISI DINASTI DAUD

24 Mei 2022

Isa putera Maryam adalah nabi yang dikenal dengan kelahirannya yang ajaib. Dilahirkan dari rahim seorang perawan yang tidak pernah disentuh laki-laki. Keajaiban kelahiran Nabi Isa ini tentu bukan sekedar karena Allah hendak menunjukan kebesaran-Nya semata, melainkan untuk menjadi sebuah pertanda. Pertanda bahwa kedatangan Nabi Isa tidak untuk meneruskan tradisi Dinasti Daud dan bahkan ia datang untuk menasakhkannya. Nabi Isa bukan saja secara biologis tidak mewarisi genetika bapak tapi secara psikologis pun Nabi Isa terputus dari genetika syariat Dinasti Daud itu. Dia datang membawa Ruhul Qudus. Datang untuk membawa Bani Israil kepada kemurnian ajaran Nabi Musa dan Nabi Ibrahim. Karena itulah Nabi Isa pernah berkata kepada murid-muridnya bahwa akan datang harinya dimana tidak ada satu batu pun pada Bait Allah (Haikal Sulaiman) itu yang akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semua akan diruntuhkan.

Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? (QS. Al-Baqarah [2]:106)

Perkara menasakhkan syariat sebelumnya, atau menggantikan syariat tersebut dengan yang lebih baik, hal ini adalah perkara biasa yang kita dapati dalam perjalanan panjang garis peradaban para nabi. Dan dalam konteks Nabi Isa ini, ini bukan berarti kita hendak mengatakan bahwa tradisi kedinastian yang dibangun oleh Nabi Daud dan Nabi Sulaiman itu salah. Melainkan ini lebih lantaran sebab peradaban umat manusia memang harus terus bergerak menuju puncak peradaban sebagaimana Visi Allah tentangnya dan sebagaimana misi kedatangan para nabi itu sendiri. Menuju peradaban tanpa pertumpahan darah di dalamnya. Menuju kepada tatanan tanpa ruang perpecah-belahan padanya.

Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". (QS. As-Shaf [61]:6)

Sebagaimana diterangkan pada ayat di atas, kita mendapati bahwa kedatangan Nabi Isa bahkan sebenarnya lebih kepada untuk mempersiapkan Bani Israil bagi datangnya sebuah peradaban baru yang akan dibawa oleh seorang nabi yang bernama Ahmad (Muhammad). Jadi sebenarnya, kedatangan Nabi Isa ini adalah untuk mengatur transisi dari era kerajaan yang dibangun oleh Dinasti Daud kepada era kerakyatan yang akan dibangun oleh Nabi Muhammad nantinya. Konsekuensi dari ini memang berarti mengharuskan adanya nasakh terhadap syariat dari tradisi lama sejak dimulainya Dinasti Daud itu. Sebab sebagaimana digambarkan oleh Nabi Isa sendiri, tidaklah mungkin menambal baju yang sudah tua dengan kain yang baru. Itu hanya akan memperbesar koyak pada baju yang lama. Atau tidak mungkin mengisi kantong kulit yang yang tua dengan anggur yang baru. Karena kantong itu akan koyak dan anggur yang baru akan terbuang sia-sia.

Singkatnya, tradisi tua Dinasti Daud dari garis bapak itu harus ditinggalkan dan Bani Israil harus ditarik kepada Ruhul Qudus. Kepada semurni-murninya ajaran Taurat. Ini tentu bukan juga berarti bahwa Nabi Isa menyangkal seluruh ajaran Nabi Daud melainkan membawa kepada kemurnian ajaran Nabi Daud sendiri sebagaimana ajaran Nabi Musa dan Nabi Ibrahim. Membawa kepada esensi dari pada agama itu sendiri. Membawa kepada ajaran kemanusiaan. Karenanya itulah dia menyebut dirinya dengan sebutan Anak Manusia. Karenanya juga kita tidak mendapati Nabi Isa mempromosikan kembalinya Kerajaan Daud padahal itulah sebenarnya yang ditunggu oleh Bani Israil itu sendiri. Bahkan di dalam Al-Kitab kita mendapati Nabi Isa sendiri menolak disebut sebagai Anak Daud.

Apa yang dipromosikan oleh Nabi Isa justru adalah Kerajaan Allah atau Kerajaan Surga dan kedatangan Anak Manusia untuk yang kedua kalinya nanti. Kedatangan Isa al-Masih atau Anak Manusia untuk kedua kalinya itu; dimana di masa itulah Kerajaan Surga itu akan terwujud, memang baru akan tergenapi di akhir zaman nanti. Bahkan penggenapan itu tidaklah di zaman Nabi Muhammad itu sendiri. Namun begitu, Nabi Muhammad yang dikabarkan kedatangannya sebagai berita gembira oleh Nabi Isa itulah yang akan menggenapi seluruh Visi Kenabian dan melengkapi seluruh infrastruktur yang dibutuhkan bagi datangnya Kerajaan Allah itu.

Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah kembali (semua makhluk). (QS. An-Nur [24]:42)

Terwujudnya kerajaan Allah itu sendiri adalah ketika Allah menjadi satu-satunya raja atas umat manusia. Tidak ada lagi seorang pun yang akan menjadi pemilik atas satu kerajaan. Pada hari itu setiap orang adalah pemilik yang sama dari kerajaan. Pada hari itu seluruh kedaulatan berada di tangan seluruh rakyat. Tidak ada lagi manusia menjadi pemilik manusia. Manusia menjadi hamba manusia. Manusia menjadi budak manusia. Itulah era dimana kedaulatan sepenuhnya ada di tangan rakyat. Kepemimpinan pada hari itu adalah kempemimpinan rakyat. Dan untuk sampai kepada masa itu memang manusia harus dihantarkan terlebih dulu sampai kepada titik kemanusiaannya yang adil dan beradab. Manusia harus pula dibekali oleh infrastruktur hikmah kebijaksaan yang lengkap untuk sampai kepada kemampuan menetapan hukum sebagaimana Allah menetapkan.

Mempersiapkan transisi dari era kerajaan kepada era kerakyatan inilah yang dilakukan oleh Nabi Isa itu. Karenanya seiring kali ia menyebut kepada anak-anak kecil yang lemah itu, kepada rakyat jelata yang miskin itu, bahwa merekalah pemilik dari kerajaan Allah. Bahkan lebih jauh lagi ia meninggalkan satu tanda yang fenomenal. Satu tanda yang tidak pernah seorang pun lakukan sebelumnya. Yaitu membasuh kaki murid-muridnya. Hal ini ia lakukan untuk menegaskan datangnya satu era baru di mana seorang pemimpin bukan didudukan di atas tahta untuk dilayani rakyat, melainkan ia berdiri untuk melayani seluruh rakyat. Dan sejatinya memang satu pemerintahan itu hadir untuk sepenuhnya mewujudkan keamanan dan kemakmuran bagi rakyatnya.

Transisi ini sekaligus juga merupakan transisi garis peradaban dari garis keturanan Israil kepada garis keturunan Ismail. Transisi peradaban dari tanah Baitul Maqdis di Yerusalem ke tanah Baitullah di Mekah. Yang mana ini juga berarti bahwa kedatangan Nabi Isa itu merupakan sebuah konfirmasi keterkutukan Bani Israil itu sendiri. Sebab sebagaimana perjanjian Allah dengan Nabi Ibrahim bahwa “janji-Ku itu tidak menegenai orang-orang yang zalim”. Penolakan Bani Israil kepada Nabi Isa; dengan menghujatnya, menangkapnya dan menaikannya ke tiang salib, meski Nabi Isa tidak terbunuh di tiang salib itu, adalah konfirmasi yang nyata atas akhir dari janji Allah bagi Bani Israil.

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (QS. Al-Maidah [5]:78])

Selepas peristiwa penyaliban Nabi Isa itu maka selesailah sudah misi kedatangannya yang pertama. Allah pun mengangkat Nabi Isa ke hadirat-Nya. Maka setelah itu jalan keselamatan umat manusia haruslah menunggu kedatangan Nabi Muhammad. Namun begitu, sebagai mana nubuat yang kita ketahui, bahwa Nabi Isa atau Al-Masih Putera Maryam atau Anak Manusia ini, akan datang kembali untuk megenapi misinya sekaligus menjadi tanda kebangkitan di akhir zaman. Menjadi tanda datangnya Kerajaan Allah. Dan di era Nabi Muhammad itulah segala sesuatu yang dibutuhkan umat manusia bagi datanganya hari kebangkitan itu dipersiapkan. Nabi Muhammad menjadi penyempurna sekaligus penutup estafeta panjang misi kenabian yang darinyalah umat manusia menerima warisan sangat berharga: Al-Qur’an dan Sunnah Kebanian yang utuh-lengkap.

Komentar